Setiap impian yang besar dimulai dari suatu yang kecil.

Setiap impian yang besar selalu dimulai dari suatu yang kecil. Sama seperti suatu benih yang kecil mampu menghasilkan suatu pohon yang besar. Ukuran suatu benih tidak selalu berhubungan dengan hasil akhir dari benih tersebut. Sering suatu pohon yang sangat besar hanya memiliki benih yang sangat kecil.

Begitu juga dengan orang-orang yang melakukan hal-hal besar dalam Tuhan, mereka bukan memulainya dari hal-hal besar, tetapi mereka diberi benih kecil yang ditanam Tuhan dalam hati mereka. 

Benih itu mungkin muncul saat mereka masih kecil, masih muda belasan tahun, atau saat mereka mencapai usia dewasa atau tua. Itu semua tidak menjadi masalah apakah saat anda kecil atau tua saat benih itu diberikan, tetapi hal yang menjadi persoalan adalah apa yang anda buat dengan benih yang diberikan kepada anda tersebut?
Ya apa yang anda lakukan dengan benih yang diberikan Tuhan? Benih bisa berupa talenta,bakat, cita-cita, dsb. Tidak peduli anda mendapat satu talenta, dua talenta atau 10 talenta, ukuran besar tidak menjadi masalah seperti ukuran benih. Hal yang penting adalah apa yang anda lakukan dengan benih tersebut?


Orang-orang besar dalam Tuhan melihat potensi awal dari benih tersebut. Mereka menanam benih tersebut dan terus menjaga benih tersebut sehingga dia bertumbuh sempurna menjadi besar. Mereka memiliki komitmen dan kegigihan untuk mengejar impian itu, sekalipun awalnya impian atau benih tersebut kelihatannya kurang menarik, kurang menguntungkan, buruk, menjadi tertawaan orang-orang di sekitar mereka. Benih dalam wujud awal sering kurang menarik, buruk rupa, tidak menguntungkan. Tetapi bila benih itu yang diberikan Tuhan kepada anda, itulah jalan hidup anda.
Berani mempercayai benih yang Tuhan tanamkan dalam diri anda. Jangan memandang ke kanan dan ke kiri pada orang di samping anda. 

Berani menggunakan iman anda, terima dengan berani dan terus mempertahankan benih anda sampai tumbuh sempurna.

1 Raja-Raja 18: 41-45
18:41Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran."18:42Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.18:43Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali.18:44Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan."18:45Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel.

Dalam cerita ini Elia menyuruh bujangnya naik ke puncak gunung dan melihat ke laut apakah hujan mulai bergemuruh atau tidak. " Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." (ayat 43). Tidak ada apa-apa. Tidak ada suatu tandapun akan ada hujan di langit. 

Inilah kesamaan impian anda dengan impian Elia. Elia berdasarkan janji Tuhan memberitahukan raja Ahab bahwa siap-siap akan ada hujan besar. Namun ketika ia menyuruh bukangnya melihat ke laut tak ada suatu tanda yang mendukung ucapannya.
Iman Elia membuat ia menyuruh bujangnya sampai 7 kali dan baru kali ke-7 hanya muncul seberkas awan kecil sebesar telapak tangan. Apakah awan sebesar telapak tangan mampu mendatangkan hujan? Mustahil!!!. Tapi besar awan tidak menjadi masalah bagi Elia. Iman anda tidak diukur dari besarnya awan yang ada lihat. Bukan apa yang dilihat mata anda, tetapi apa yang dilihat iman anda itu yang penting. Elia sangat yakin dan percaya sehingga ia menyuruh bujangnya untuk pergi memberitahukan Ahab agar segera turun gunung bila tidak mau terhalang banjir.

Hanya ada awan sebesar telapak tangan sudah cukup bagi mata iman orang percaya. Bila Tuhan menaruh benih kecil dalam diri anda, gunakan mata iman anda, bukan mata lahiriah anda untuk percaya bahwa impian itu akan menjadi kenyataan. Tuhan memberkati kita. Amin.

~robin maramat, M.C.S~

No comments:

Post a Comment

Popular Posts