Sikap Allah itu dapat kita pahami dari pengalaman
bangsa Israel. Bangsa Israel dibawa keluar dari penindasan di Mesir ke suatu
tanah yang subur, penuh dengan air susu dan madu, tanah yang subur bukan karena
hasil olahan mereka, bukan karena kekuatan mereka untuk meraihnya, tetapi
karena Tuhan memberikannya kepada mereka. Abraham dibawa keluar dari kaum
keluarganya agar keturunannya menjadi suatu bangsa yang besar, dan ia sendiri
dikenang sebagai Bapak Orang Percaya. Yusuf dibawa keluar dari orangtua dan
kaum kelaurganya agar ia menjadi penguasa di Mesir yang akan menyelamatkan kaum
keluarganya dari bahaya kelaparan.
Allah menginginkan kita bahagia, berjaya dan
menjadi terang, contoh, di tengah bangsa-bangsa. Allah tidak menciptakan kita
untuk sekedar menjadi orang biasa-biasa saja. Ia ingin kita menjadi besar dan
berjaya agar kita mengenal siapa Dia, memuliakan Dia dan bersyukur kepada Dia,
yang mampu melakukan apa saja.
Namun untuk boleh mengalami dan menerima kejayaan
itu kita dituntut untuk percaya kepadaNya, menyerahkan semua pimpinan hidup
kita kepadaNya agar Tuhan yang mengatur hidup kita. Kita diminta bersandar dan
berjalan menurut perintah-perintahNya. Dalam perjalanan kearah berjaya itu akan
banyak pergumulan berat, akan ada banyak risiko dan tantangan berat yang akan
kita hadapi. Yusuf harus menderita terlebih dahulu sebagai budak, sebagai hamba
abadi bertahun-tahun lamanya sebelum masa itu untuk kejayaan itu digenapi.
Abram harus berjalan kesana kemari, tak memiliki keturunan sampai umurnya sudah
lanjut sebelum janji Tuhan kepadanya mulai terlihat titik-titik terang dengan
lahirnya Ishak. Zadrah, Mesach dan Abednego haru dibuang kedalam dapur api yang
dipanaskan tujuh kali sebelum akhirnya menerima kemegahan dari raja.
Dalam setiap pergumulan berat yang kita hadapi
dalam perjalanan kita ke arah kejayaan, Tuhan mengajari kita untuk percaya
kepadaNya. Percaya karena tak ada pencobaan yang melampaui kemampuan kita.
Tuhanlah yang mengawal situasi kita sehingga Ia akan selalu mendampingi kita.
Ia tahu kekuatan kita.
Tuhan menginginkan kita tumbuh dewasa, dewasa
secara iman, dewasa secara emosi, dewasa untuk melihat maksud Tuhan dalam hidup
kita. Ketika kita telah belajar akan maksud Tuhan itu baru penggenapan janji
Tuhan itu tiba. Makin cepat kita belajar, makin cepat janji itu digenapi.
Bangsa Isarel tidak pernah belajar sehingga Tuhan membiarkan mereka
berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum mereka dipimpin masuk ke
tanah Kanaan. Yusuf belajar mengasihi orang lain dan tak membenci perbuatan
saudara-saudaranya. Setelah ia mengerti maksud Tuhan kepadanya melalui
perbuatan saudara-saudaranya itu baru janji Tuhan digenapi.
Kejayaan selalu harus diiringi dengan pertumbuhan
iman kepada Tuhan. Makin kita berjaya di dalam Tuhan, makin kita belajar
mengasihi Dia dan orang lain. Tanpa pertumbuhan iman maka berkat-berkat Tuhan
kepada kita dengan cepat menjadi malapetaka. Ketika kita berjaya dan mulai
membanggakan diri kita, maka pada saat itu kejatuhan kita dimulai.
Setiap langkah kita kearah kejayaan merupakan
langkah iman, langkah pertumbuhan iman. Setiap kenaikan posisi yang kita capai
dalam karier kita harus selalu dengan kenaikan iman percaya kita. Makin tinggi
karier kita, makin besar tanggung jawab, makin besar godaan yang ingin menarik
kita kepada kejatuhan kita. Yusuf mengalami godaan dari isteri Potifar dengan
tawaran kekuasaan yang lebih besar. Zadrach, Mesach dan Abednego ditawarkan
mempertahankan posisi mereka asalkan mereka mengkhianati Tuhan. Iblis mencobai
Yesus dengan menawarkan seluruh dunia asalkan Yesus mahu menyembah dia.
Sangat banyak godaan untuk mengkhianati Tuhan
ketika posisi kita makin tinggi. Ketika kita tergoda untuk mengkhianati iman
kita kepada Tuhan dan menggantinya dengan uang, kekuasaan, maka disitulah kita
terbuang dari hadapan Tuhan.
Sukses setiap orang itu diberikan oleh Tuhan.
Oleh karena itu mempertahankan iman dan sikap kita yang benar dihadapan Tuhan
merupakan kunci dari kejayaan kita. Jikalau kita tetap mempertahankan iman dan sikap
kita yang benar dihadapan Tuhan, maka sukses kita itu bukan hanya pada diri
kita tetapi sukses kita itu diturunkan kepada anak cucu kita. Banyak orang
hanya mencari kejayaan untuk diri mereka sendiri, mereka lupa pada anak-anak
mereka sehingga ketika mereka berjaya, anak-anak mereka justeru mengalami atau
terjerumus kedalam berbagai malapetaka.
Didalam Tuhan kita diberkati bukan saja untuk
kejayaan diri kita sendiri, tetapi berlalu turun temurun. Kadang-kadang impian
kita, doa kita, akan sesuatu hal baru terjadi di masa anak-anak atau cucu-cucu
kita. Kadang impian impian kita memerlukan waktu yang cukup lama untuk
terwujud, sehingga bukan pada masa kita tetapi pada masa anak-anak atau
cucu-cucu kita impian kita itu terwujud.
Tuhan selalu mengingat dan menepati doa
orang-orang percaya meskipun itu tidak terjadi sesuai dengan harapan kita
tetapi menurut jalan-jalan dan maksud-maksud Tuhan sendiri. Bagi kita yang
penting adalah selalu mempercayai Dia dalam seluruh aspek pergumulan hidup
kita. Amin.
No comments:
Post a Comment